9/20/2010
MOVIE'S :
THE GUARDIAN........
"Agar orang lain dapat hidup," demikian moto dari para Penjaga Pantai (Coast Guard) AS, yang kisahnya dapat dinikmati dalam film terbaru sutradara Andrew Davis, THE GUARDIANS.
Dibintangi aktor peraih Oscar, Kevin Costner dan Ashton Kutcher, THE GUARDIANS berkisah tentang pahlawan 'tak dikenal' di lautan, para perenang penyelamat dari US Coast Guard yang bertugas untuk penyelamatan di kondisi ekstrem, badai atau topan.
Setiap tahunnya Coast Guard diperkirakan menyelamatkan 5 ribu nyawa dan peralatan senilai US$2,5 miliar dan selama musim topan Katrina pada tahun 2005, sebanyak 33.520 nyawa diselamatkan oleh para Coast Guard.
Dengan dukungan penuh dari pasukan Coast Guard asli, THE GUARDIANS memfokuskan cerita kepada dua orang perenang penyelamat yang berbeda generasi, Ben Randall (Kevin Costner) dan Jake Fischer (Ashton Kutcher).
Sebagai seorang legenda hidup, Randall lebih mengutamakan pekerjaannya menyelamatkan orang daripada menyelamatkan perkawinannya, hingga pada sebuah titik yang membuat istrinya Helen, (Sela Ward) minta cerai.
Dalam sebuah misi sulit, Randall dan timnya bernasib sial dan menyebabkan tewasnya sahabat dan tim helikopter yang membawa anggota tim. Sebagai satu-satunya orang yang tersisa, Randall diminta untuk mengundurkan diri sebagai perenang penyelamat dan diminta untuk mengajar di Coast Guard's Training Academy, tempat para perenang penyelamat dipilih dan dilatih.
Di sekolah tersebut Randall bertemu Jake, seorang perenang tangguh yang sombong. Meskipun memegang beasiswa renang di universitas mana pun, namun Jake lebih ingin menjadi perenang penyelamat yang tak glamour dan membuat para pelatihnya heran, termasuk Randall.
Konflik pun meruncing antara kedua orang tersebut, seorang perenang tua yang hampir pensiun dan seorang perenang muda yang merasa sangat yakin dengan kemampuannya.
Kesulitan menurunkan pengetahuannya dialami Randall karena Jake selalu membuat ulah di kamp, hanya bakat renangnya saja yang membuat Coast Guard tidak mengusir Jake, satu hal yang lazim dilakukan sehingga rata-rata tinggal 50 persen saja yang lulus ujian.
Puncaknya adalah ketika Jake dan temannya Hodge dipenjara karena berantam dengan beberapa marinir di bar, namun bukannya memecat Jake, Randall malah membongkar rahasia masa lalu Jake yang membuatnya menjadi seseorang yang sulit diatur.
Seperti Randall, Jake adalah satu-satunya orang yang selamat dalam sebuah kecelakaan yang menewaskan rekan-rekan tim renangnya.
Randall kemudian bersahabat dengan Jake yang akhirnya berhasil mengendalikan egonya, dan menemukan motivasi sesungguhnya untuk menjadi seorang perenang penyelamat di Coast Guard.
Kisah romantis juga mewarnai THE GUARDIANS , di mana Jake menjalin cinta dengan seorang guru lokal Emily Thomas (Melissa Sagemiller), meski kisah cinta diantara keduanya kurang begitu ditonjolkan.
Pembuatan film sepanjang hampir tiga jam itu dilakukan kebanyakan di sebuah tangki air raksasa, bukan di laut lepas seperti yang seharusnya dilakukan.
Namun meskipun menggunakan cukup banyak efek visual, ketegangan aksi para perenang penyelamat itu masih dapat dinikmati, sebagian karena THE GUARDIANS menggunakan stuntman para anggota Coast Guard sesungguhnya dan peralatan asli milik Coast Guard.
Dengan terlibatnya anggota Coast Guard baik sebagai pemain maupun penasihat film tersebut, maka THE GUARDIANS dapat menjadi sebuah film yang paling menggambarkan kehidupan para penyelamat di lautan itu sesungguhnya.
Sejak didirikan 20 tahun lalu, Coast Guard menjadi salah satu program yang disegani di militer AS, dan juga dihormati sebagai satu-satunya program yang membuka keanggotaan yang buta gender, pria dan wanita dapat mendaftar asal lolos ujian fisik.
Ide film tersebut menurut penulis naskah Ron L. Brinkerhoff disebabkan karena ia ingin menulis tentang kisah kepahlawanan sejati, namun dari sudut pandang baru.
"Polisi dan pemadam kebakaran telah banyak difilmkan, tapi kehidupan para perenang penyelamat ini belum pernah ditampilkan di layar lebar," katanya.
"Satu hal yang paling menarik perhatian saya adalah Coast Guard merupakan satu-satunya cabang di militer yang mandatnya adalah untuk menyelamatkan nyawa, bukan menghilangkannya," ujarnya menambahkan. (ant/cw/rit)
BOOK'S :
CATATAN SEORANG DEMONSTRAN
" Lebih Baik Diasingkan Daripada Menyerah Kepada Kemunafikan "
( Soe Hok Gie )....
Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942, adik dari sosiolog Arief Budiman. Catatan harian Gie sejak 4 Maret 1957 sampai dengan 8 Desember 1969 dibukukan tahun 1983 oleh LP3ES ke dalam sebuah buku yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman. Gie meninggal di Gunung Semeru sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 - 16 Desember 1969 akibat gas beracun.
Setelah lulus dari SMA Kanisius Gie melanjutkan kuliah ke Universitas Indonesia tahun 1961. Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.
Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.
Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, "Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth".
Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.
Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:
"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung."
8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya:
"Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat." Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.
24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.
Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:
"Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda."
"Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur."
"Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…"
"Agar orang lain dapat hidup," demikian moto dari para Penjaga Pantai (Coast Guard) AS, yang kisahnya dapat dinikmati dalam film terbaru sutradara Andrew Davis, THE GUARDIANS.
Dibintangi aktor peraih Oscar, Kevin Costner dan Ashton Kutcher, THE GUARDIANS berkisah tentang pahlawan 'tak dikenal' di lautan, para perenang penyelamat dari US Coast Guard yang bertugas untuk penyelamatan di kondisi ekstrem, badai atau topan.
Setiap tahunnya Coast Guard diperkirakan menyelamatkan 5 ribu nyawa dan peralatan senilai US$2,5 miliar dan selama musim topan Katrina pada tahun 2005, sebanyak 33.520 nyawa diselamatkan oleh para Coast Guard.
Dengan dukungan penuh dari pasukan Coast Guard asli, THE GUARDIANS memfokuskan cerita kepada dua orang perenang penyelamat yang berbeda generasi, Ben Randall (Kevin Costner) dan Jake Fischer (Ashton Kutcher).
Sebagai seorang legenda hidup, Randall lebih mengutamakan pekerjaannya menyelamatkan orang daripada menyelamatkan perkawinannya, hingga pada sebuah titik yang membuat istrinya Helen, (Sela Ward) minta cerai.
Dalam sebuah misi sulit, Randall dan timnya bernasib sial dan menyebabkan tewasnya sahabat dan tim helikopter yang membawa anggota tim. Sebagai satu-satunya orang yang tersisa, Randall diminta untuk mengundurkan diri sebagai perenang penyelamat dan diminta untuk mengajar di Coast Guard's Training Academy, tempat para perenang penyelamat dipilih dan dilatih.
Di sekolah tersebut Randall bertemu Jake, seorang perenang tangguh yang sombong. Meskipun memegang beasiswa renang di universitas mana pun, namun Jake lebih ingin menjadi perenang penyelamat yang tak glamour dan membuat para pelatihnya heran, termasuk Randall.
Konflik pun meruncing antara kedua orang tersebut, seorang perenang tua yang hampir pensiun dan seorang perenang muda yang merasa sangat yakin dengan kemampuannya.
Kesulitan menurunkan pengetahuannya dialami Randall karena Jake selalu membuat ulah di kamp, hanya bakat renangnya saja yang membuat Coast Guard tidak mengusir Jake, satu hal yang lazim dilakukan sehingga rata-rata tinggal 50 persen saja yang lulus ujian.
Puncaknya adalah ketika Jake dan temannya Hodge dipenjara karena berantam dengan beberapa marinir di bar, namun bukannya memecat Jake, Randall malah membongkar rahasia masa lalu Jake yang membuatnya menjadi seseorang yang sulit diatur.
Seperti Randall, Jake adalah satu-satunya orang yang selamat dalam sebuah kecelakaan yang menewaskan rekan-rekan tim renangnya.
Randall kemudian bersahabat dengan Jake yang akhirnya berhasil mengendalikan egonya, dan menemukan motivasi sesungguhnya untuk menjadi seorang perenang penyelamat di Coast Guard.
Kisah romantis juga mewarnai THE GUARDIANS , di mana Jake menjalin cinta dengan seorang guru lokal Emily Thomas (Melissa Sagemiller), meski kisah cinta diantara keduanya kurang begitu ditonjolkan.
Pembuatan film sepanjang hampir tiga jam itu dilakukan kebanyakan di sebuah tangki air raksasa, bukan di laut lepas seperti yang seharusnya dilakukan.
Namun meskipun menggunakan cukup banyak efek visual, ketegangan aksi para perenang penyelamat itu masih dapat dinikmati, sebagian karena THE GUARDIANS menggunakan stuntman para anggota Coast Guard sesungguhnya dan peralatan asli milik Coast Guard.
Dengan terlibatnya anggota Coast Guard baik sebagai pemain maupun penasihat film tersebut, maka THE GUARDIANS dapat menjadi sebuah film yang paling menggambarkan kehidupan para penyelamat di lautan itu sesungguhnya.
Sejak didirikan 20 tahun lalu, Coast Guard menjadi salah satu program yang disegani di militer AS, dan juga dihormati sebagai satu-satunya program yang membuka keanggotaan yang buta gender, pria dan wanita dapat mendaftar asal lolos ujian fisik.
Ide film tersebut menurut penulis naskah Ron L. Brinkerhoff disebabkan karena ia ingin menulis tentang kisah kepahlawanan sejati, namun dari sudut pandang baru.
"Polisi dan pemadam kebakaran telah banyak difilmkan, tapi kehidupan para perenang penyelamat ini belum pernah ditampilkan di layar lebar," katanya.
"Satu hal yang paling menarik perhatian saya adalah Coast Guard merupakan satu-satunya cabang di militer yang mandatnya adalah untuk menyelamatkan nyawa, bukan menghilangkannya," ujarnya menambahkan. (ant/cw/rit)
BOOK'S :
CATATAN SEORANG DEMONSTRAN
" Lebih Baik Diasingkan Daripada Menyerah Kepada Kemunafikan "
( Soe Hok Gie )....
Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942, adik dari sosiolog Arief Budiman. Catatan harian Gie sejak 4 Maret 1957 sampai dengan 8 Desember 1969 dibukukan tahun 1983 oleh LP3ES ke dalam sebuah buku yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman. Gie meninggal di Gunung Semeru sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 - 16 Desember 1969 akibat gas beracun.
Setelah lulus dari SMA Kanisius Gie melanjutkan kuliah ke Universitas Indonesia tahun 1961. Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.
Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.
Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, "Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth".
Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.
Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:
"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung."
8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya:
"Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat." Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.
24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.
Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:
"Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda."
"Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur."
"Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…"